Pak Mendong dan Mbok Mendong, Jawa Timur

Pak Mendong dan Mbok Mendong
Pak Mendong dan Mbok Mendong, sebuah cerita rakyat dari Jawa Timur yang mengisahkan keluarga miskin yang mendadak kaya raya setelah mengadakan kenduri untuk fakir miskin.

Alkisah keluarga Pak Mendong sangatlah miskin. 

Saking miskinnya, mereka seringkali tidak memiliki uang untuk membeli makanan. 

Dipanggil Pak Mendong karena pekerjaannya sehari-hari adalah membuat tikar mendong. 

Dibantu istrinya, mereka membuat tikar untuk dijual ke kota. 

Mereka memiliki seorang anak yang masih kecil bernama Sumi. 

Badan anak itu kurus karena kurang makan. 

Pakaiannya compang-camping. 

Mereka tinggal di sebuah gubug kecil dengan halaman sempit.

Di suatu pagi, Pak Mendong terbangun dan memberi tahu istrinya bahwa ia bermimpi bertemu dengan nenek buyutnya. 

Nenek buyutnya itu berpesan agar Pak Medong mengadakan kenduri mengundang orang-orang miskin dengan menyembelih Lembu.

“Mbokne, Aku bermimpi bertemu nenek buyutku. Ia menyuruhku untuk mengadakan kenduri menyembelih lembu dan mengundang orang-orang miskin. Aku bingung. Kita saja miskin begini, darimana kita mendapatkan uang untuk mengadakan kenduri? Apa rumah kita saja dijual?” kata Pak Mendong.

“Memangnya laku berapa kalau rumah kita dijual? Rumah kita kecil.” kata Bu Mendong.

“Begini saja Mbokne. Bagaimana kalau si Sumi kita gadaikan sementara kepada orang kaya di desa? Kalau sudah punya uang nanti kita tebus lagi.” kata Pak Mendong.

Akhirnya digadaikanlah anaknya, Sumi, kepada orang kaya di desa. 

Uangnya digunakan untuk membeli lembu, beras, kuali dan keperluan kenduri lainnya. 

Setelah semuanya siap, Bu Mendong segera memasak untuk kenduri. 

Mereka kemudian mengundang para fakir miskin ke rumah mereka untuk menikmati hidangan. 

Karena Bu Mendong pandai memasak, maka dalam waktu singkat semua hidangan habis tidak bersisa. 

Banyak dari penduduk desa yang merasa keheranan, darimana Pak Mendong bisa mengadakan kenduri sedangkan mereka dikenal sebagai keluarga miskin.

Seusai kenduri, para fakir miskin telah pulang semuanya. 

Tinggallah Pak Mendong dan Bu Mendong duduk termangu merasa sedih memikirkan bagaimana caranya menebus anak kesayangan mereka, Si Sumi. 

Bu Mendong masuk ke dalam rumah untuk berbenah. 

Betapa herannya Bu Mendong melihat kuali tampak bercahaya berkilauan. 

Begitu melihat lebih dekat, Bu Mendong terkejut karena ternyata isi kuali penuh dengan emas dan perak.

“Pak...Pak...Lihatlah kuali kita dipenuhi dengan emas dan perak entah datang dari mana!” teriak Bu Mendong.

Pak Mendong pun terkejut sekaligus amat gembira mendapati kualinya penuh dengan emas dan perak berkilauan. 

Segera Pak Mendong menjual sebagian emas perak tersebut ke desa kemudian uang hasil penjualan emas perak tersebut digunakan untuk menebus anaknya.

Tidak lama kemudian penduduk desa dibuat gempar dengan keluarga Pak Mendong yang mendadak kaya raya. 

Ada seseorang kaya tapi kikir yang merasa penasaran dengan asal muasal kekayaan Pak Mendong. 

Ia kemudian menanyakan kepada Pak Mendong perihal kekayaannya. 

Dasar Pak Mendong yang jujur dan lugu, tanpa ragu-ragu ia dan istrinya menceritakan bagaimana ia bisa mendapatkan kekayaannya dari awal hingga akhir.

Sepulang ke rumah, si kaya tapi kikir tersebut segera menyiapkan kenduri besar-besaran. 

Ia berharap dengan mengadakan kenduri untuk para fakir miskin, maka ia akan mendapatkan harta emas dan perak yang banyak seperti Pak Mendong.

Si Kaya kikir kemudian pergi ke pasar untuk membeli seekor lembu. 

Dasar kikir, ia menawar lembu dengan harga terlalu murah. 

Akibatnya ia gagal membeli lembu. 

Si kikir tidak kehabisan akal. 

Pulanglah ia ke rumah kemudian disembelihnya anjing peliharaan miliknya. 

Dagingnya dimasak untuk acara kenduri. 

Diundanglah para fakir miskin ke rumahnya untuk menikmati masakan. 

Tapi atas kehendak Yang Maha Kuasa, saat pembacaan doa, anjing yang telah menjadi lauk pauk, secara ajaib hidup kembali dan menggigit si kikir. 

Orang-orang yang menghadiri kenduri merasa ketakutan dan lari tunggang langgang meninggalkan kenduri. 

Tinggallah si kikir merasa kesakitan digigit oleh anjingnya sendiri. 

Demikianlah cerita rakyat Jawa Timur mengenai Pak Mendong dan Bu Mendong.

Referensi:
I.B. Mantra, Astrid S, Susanto, Budi Susanto, Singgih Wibisono, Cerita Rakyat Daerah Jawa Timur, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Baca juga cerita rakyat Jawa Timur lainnya:

No comments for "Pak Mendong dan Mbok Mendong, Jawa Timur"